EVIDENCE BASED KMB 1 SISTEM PERSYARAFAN. Ns. ISNANIAR, S.Kep,M.Kep
1. HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KONDISI TEKANAN DARAH PADA LANSIA : LITERATURE REVIEW
Arilla Fikry Hidayat1, Reni Zulfitri2, Gamya Tri Utami3
JMH Jurnal Medika Hutama Vol 03 No 02, Januari 2022 http://jurnalmedikahutama.com
Tujuan: penelitian ini untuk melihat gambaran kualitas tidur, kondisi tekanan darah dan hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah dari artikel yang telah di dapatkan oleh peneliti. Metode: Penelitian ini menggunakan desain literature review. Hasil: Hasil yang didapatkan dari 7 artikel, 4 artikel didapatkan bahwa sebagian besar lansia memiliki kualitas tidur yang buruk dan terjadinya peningkatan tekanan darah pada lansia yang merujuk ke hipertensi, sedangkan 1 artikel didapatkan bahwa sebagian besar lansia memiliki kualitas tidur yang buruk dan lansia yang memiliki tekanan darah hipertensi lebih banyak dibandingkan dengan lansia yang memiliki tekanan darah normal, tetapi tidak terdapatnya hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada artikel ini. 2 artikel lainnya menyimpulkan bahwa durasi tidur pendek atau panjang dan kemungkinan peningkatan hipertensi bervariasi berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur dan tekanan darah sistolik secara signifikan lebih tinggi pada kelompok yang waktu tidurnya sebelum pukul 21:00 dibandingkan dengan yang waktu tidurnya adalah 21:00 atau lebih lambat. Kesimpulan: Sebagian artikel menyatakan ada hubungan kualitas tidur dengan kondisi tekanan darah pada lansia dan 1 artikel menyebutkan bahwa kualitas tidur tidak berpengaruh terhadap tekanan darah pada lansia.
2. Asuhan Keperawatan Keluarga pada Kasus Post Stroke dengan Masalah Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik di Desa Bluluk Kabupaten Lamongan
Endah Sri Wijayanti
Content Available at: http://jurnal.umla.ac.id JURNAL SURYA
Jurnal Media Komunikasi Ilmu Kesehatan
Background : Stroke is brain damage due to blood supply to the brain, often occurs Suddenly within 24 hours without realizing it, such as rupture of blaood vessels in the brain and lack og blood supplay in the brain. Prevalence by sex male 11,0%(10,5-11,5 per mile) 355,726 cases, female sex 10,9(10,4-11,4 per mile) 358,056 cases. The proportion of stroke control to health care facilities in the population aged 15 years with routine Esat Java stroke prevalence 40,0% sometimes 39,5 not re-checking 20,5% (Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 2018) Methods: This research method uses a case study. Data were collected by means of interviews, aobservations, and documentation studies. Results: The results of the case study indicate a gap in the assessment of nursing care. Nursing diagnoses according to thew IDHS lead to the main priority, namely Mobility Support (D> 0045), priority nursing actions according to SIKI Mobilization Support (I. 05173), with outcomes according to SLKI Physical moboility (L. 05042), evaluation of the main priority diagnoses, namely mobility disorders partially resolved by home visits for 6 days. Conclusions : Combination of active and passive Range of Movement technique interventions such as doing wrist range of motion exercises consisting of flexion, which is moving the palm of the hand to the inside of theforearm, extension, which is moving the fingers, hand and forearm are in the same one.
3. PEMANFAATAN TEKNOLOGI TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI MOTORIK BAGI LANSIA DENGAN PENYAKIT PARKINSON: STUDI LITERATUR
Zalfa Kamila Rafifah*, Wulan Sari*, Sitti Noer Shabrrina*, Siti Meira Putri Satriyani Kusuma Ningrum*, Sifa Safira*, Anung Ahadi Pradana*
Volume 12, Nomor 02, November 2021 Hal. 220 - 231
Journal Ners Community
Penyakit Parkinson (PD) adalah gangguan sistem saraf pusat yang melibatkan neuron dopaminergic dapat mempengaruhi gerakan, sering disertai tremor. Penderita PD yang mayoritas lansia sering mengalami gangguan motorik seperti bradikinesia, hipokinesia, tremor, ketidakstabilan postural dan kekakuan. Tujuan studi literatur ini adalah untuk mengetahui efektivitas teknologi sebagai alat monitor aktivitas saat penderita Parkinson tinggal sendiri dirumah yang bisa dipantau oleh tenaga kesehatan maupun keluarga. Metode yang digunakan yaitu kajian literature dengan pendekatan sederhana terhadap 10 artikel terkait teknologi pemanfaatan teknologi bagi lansia penderita Parkinson dalam periode 2011-2021. Hasil dari study literature adalah teknologi sangat bermanfaat untuk diterapkan bagi lansia dengan penyakit Parkinson. Dari 10 literatur yang ditemukan menyatakan bahwa dengan adanya teknologi dapat mempermudah tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan dan perawatan kesehatan bagi lansia penderita Parkinson. Teknologi juga bermanfaat pada penderita Parkinson karena mampu melatih kemandirian pasien dengan cara melakukan aktivitas secara mandiri. Diharapkan jumlah jurnal penelitian terkait penggunaan teknologi pada pasien lansia penderita Parkinson diperbanyak agar dapat mempermudah dalam pencarian informasi terpercaya serta sebagai bukti adanya manfaat penggunaan teknologi.
4. Studi Fenomenologi : Pengalaman Perubahan Fungsi Seksual Pada Klien Dengan Cedera Medula Spinalis
Harun Al Rasid1, Masfuri2, I Made Kariasa3
JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) Vol. 3 No. 1 (2019)
Volume. 3 Nomor. 1 Periode: Januari – Juni 2019; hal. 16-27
p-ISSN : 2580-1112; e-ISSN : 2655-6669 Copyrighr @2019
Penulis memiliki hak cipta atas artikel ini
journal homepage: https://ejournal.akperfatmawati.ac.id
Cedera Medula Spinalis (CMS) mengakibatkan deficit neurologis yang mempengaruhi seksualitas. Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan yang kompleks dan oleh sebagian besar klien dianggap tabu (taboo) untukdi diskusikan terutama di Indonesia. Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan seseorang dan oleh sebagian besar klien dianggap tabu (taboo) untuk didiskusikan terutama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran makna dari pengalaman perubahan fungsi seksual pada klien dengan cedera medulla spinalis. Desain penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi pada enam partisipan. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan catatan lapangan. Analisa data menggunakan metode Collaizi. Penelitian ini menghasilkan enam buah tema yaitu 1) kesedihan akibat kelemahan/perubahan fisik, 2) perubahan fungsi seksual, 3) respon psikologis terhadap perubahan fungsi seksual, 4) cara mengekspresikan fungsi seksual, 5) harapan untuk memenuhi kebutuhan seksual dan 6) harapan terhadap pelayanan keperawatan di rumah sakit dalam mengatasi masalah kebutuhan seksual. Hasil penelitian diatas dapat dijadikan dasar penelitian lebih lanjut.
5. Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Saraf Pusat Manusia Dengan Metode Certainty Factor
1Nelasari Situmeang, 2 Sulindawaty
Riset dan E-Jurnal Manajemen Informatika Komputer Volume 4, Number 1, Oktober 2019
http://doi.org/10.33395/remik.v4i1.10224
e-ISSN : 2541-1330 p-ISSN : 2541-1332
Penyakit saraf pusat adalah sekelompok gangguan neurologis yang memengaruhi struktur atau fungsi otak atau sumsum tulang belakang, yang secara kolektif membentuk sistem saraf pusat. Masyarakat pada umumnya masih banyak merupakan orang awam yang kurang memahami kesehatan saraf, sehingga banyak dari mereka mengabaikan gejala yang dialami dan mungkin merupakan gejala penyakit saraf pusat. Hal ini mungkin dikarenakan mahalnya biaya konsultasi, dan belum lagi dokter yang sulit ditemui karena faktur waktu. Didalam berbagai bidang pemanfaatan teknologi telah berkembang pesat, salah satunya adalah dalam bidang kesehatan, teknologi yang dimaanfaatkan salah satunya adalah sistem pakar. Sistem pakar adalah program komputer yang mempresentasikan dan melakukan penalaran dengan pengetahuan beberapa pakar untuk memecahkan masalah-masalah atau memberikan solusi. Perkembangan teknologi seperti sistem pakar ini tentunya juga didukung oleh metode dalam melakukan diagnosa, seperti Metode Certainty Factor. Untuk membuatkan sistem pakar yang dapat membantu masyarakat dalam konsultasi tentan penyakit saraf pusat yang dialami maka dirancang Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Saraf Pusat Manusia Dengan Metode Certainty Factor.
6. PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI TERHADAP TINGKAT INSOMNIA LANSIA
Novita Damayanti1 , Titis Hadiati2
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 4, Oktober 2019 Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Latar Belakang: Semakin bertambahnya usia seorang individu dapat mempengaruh pola pikir yang mengakibatkan individu tersebut mengalami gangguan tidur/ insomnia. Insomnia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada orang-orang dengan usia lanjut (lansia). Terapi untuk mengatasi insomnia pada lansia terdiri dari terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat insomnia adalah dengan menggunakan aromaterapi. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat insomnia pada lansia. Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan desain penelitian quasi eksperiment dengan pre and post test without control. Sampel berjumlah 30 orang lansia yang berada di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading, Semarang. Pengukuran tingkat insomnia diukur menggunakan kuesioner KSPBJ-IRS. Data dianalisis dengan menggunakan program komputer. Hasil: Pada penelitian di dapatkan perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah penelitian yaitu p=0,001. Kesimpulan: Terapi non farmakologi aromaterapi dapat digunakan untuk menurunkan derajat insomnia pada lansia.
7. Pengaruh Kekurangan Nutrisi Terhadap Perkembangan Sistem Saraf Anak
Gianfranco S. Papotot,1 Ronald Rompies,2 Praevilia M. Salendu2
pISSN 2085-9481 eISSN 2597-999X Jurnal Biomedik. 2021;13(3):266-273
Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan
DOI: https://doi.org/10.35790/jbm.13.3.2021.31830
KemenRistekdikti RI no. 28/E/KPT/2019
Available from:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/index
Di negara berkembang kekurangan gizi memberikan kontribusi terhadap tingginya rata-rata angka kematian. Usia anak-anak, jarak kelahiran sebelumnya, status pendidikan ibu, status kekayaan, dan wilayah merupakan faktor yang secara independen terkait dengan status gizi anak-anak. Seribu hari pertama kehidupan merupakan masa kritis bagi perkembangan saraf anak. Pertumbuhan fisik, fungsi kognitif otak, fungsi fisiologis dan perubahan respon imun bisa terganggu karena kurangnya gizi di usia dini. Di negara berkembang anak di bawah 5 tahun memiliki prevalensi sekitar 27% kekurangan gizi. Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan dan pengaruh kekurangan nutrisi pada perkembangan sistem saraf anak. Penelitian ini dalam bentuk literature review. Literatur diambil dari tiga database yaitu PubMed, ClinicalKey dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan yaitu undernutrition AND neurological disorders AND children. Setelah diseleksi dengan kriteria inklusi dan ekslusi, didapatkan 10 literatur yag terdiri dari sepuluh penelitian cross-sectional study. Hasil penelitian menunjukan 10 literatur meneliti hubungan dan pengaruh kekurangan nutrisi terhadap perkembangan sistem saraf anak. Sebagai simpulan, kekurangan nutrisi dan kelainan sistem saraf pada anak memiliki hubungan yang saling memengaruhi satu sama lain. Anak yang mengalami kekurangan nutrisi memiliki pengaruh pada perkembangan sistem saraf dan terbanyak pada kelainan motorik dan kognitif.
8. MENGATASI INSOMNIA DENGAN TERAPI RELAKSASI
Setiyo Purwanto
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. I, NO. 2, DESEMBER 2008, Hal 141-148
Sleep disturbance frequently experienced insomnia is a sleep disorder that has features difficult start to sleep, woke up in the middle of the night and wake up with a condition that is not fresh. The cause of insomnia is associated with psychological disorders, biological or environmental factors. One therapy to cope with sleep disorders are insomnia with relaxation. basic principles of relaxation is relaxation of the muscles of the body, during sleep the mind and muscles to stimulate each other. Relaxation of muscles relax causing reduced cortical activity in the cortex would allow the muscles more relaxed. Once the stimulation of the mind down so someone will feel drowsy and fell asleep.
9. Penerapan Metode Certainty Factor Pada Diagnosa Penyakit Saraf Tulang Belakang
Adi Sucipto1 , Yusra Fernando2 , Rohmat Indra Borman3 , Nisa Mahmuda4
JURNAL ILMIAH FIFO P-ISSN 2085-4315 / E-ISSN 2502-8332
Dalam menganalisa sebuah informasi dimungkinkan seorang pakar mengungkapkan informasi berupa pernyataan yang tidak pasti seperti mungkin, kemungkinan besar dan hampir pasti. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam mengatasi ketidak pastian adalah metode certainty factor. Certainty factor merupakan metode yang mendefinisikan ukuran kepastian terhadap fakta atau aturan untuk menggambarkan keyakinan seorang pakar terhadap masalah yang sedang dihadapi. Untuk membantu dan mempermudah masyarakat dalam mendiagnosa penyakit saraf tulang belakang dapat menerapkan metode certainty factor pada sistem pakar. Saraf bagian tulang belakang merupakan organ yang penting bagi manusia. Terbatas dan tidak meratanya dokter spesialis saraf tulang belakang di Indonesia mengakibatkan masyarakat kesulitan dalam mendiagnosa penyakit tersebut. Sistem pakar dapat membantu untuk diagnosa penyakit, dimana sistem ini untuk merekonstruksi keahlian dan penalaran kemampuan seorang pakar. Pada penelitian ini, certainty factor diimplementasikan pada aplikasi diagnosa penyakit saraf tulang belakang. Sistem diujicobakan pada sejumlah masukan, hasil pengujian didapatkan memberikan hasil sesuai dengan perhitungan manual. Hasil pengujian dengan uji coba pada sejumlah masukan yang dilakukan didapatkan bahwa pengujian memberikan hasil sesuai dengan perhitungan manual. Sedangkan pengujian akurasi kesesuaian dari data testing yang didapatkan oleh pakar dengan output sistempakar didapatkan hasil output yang sesuai sebanyak sebesar 90%.
10. KARAKTERISTIK PASIEN EPILEPSI DI POLIKLINIK SARAF RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2016
Izzati Shoba Maryam 1 , Ida Ayu Sri Wijayanti 2 , Kumara Tini 2
Callosum Neurology Journal, Volume 1, Nomor 3: 91-96, 2018
ISSN 2614-0276 | E-ISSN 2614-0284
Latar Belakang: Jumlah kasus epilepsi di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 8,2 per 1.000 penduduk dan insiden 50 per 100.000 penduduk. Tujuan: Mengetahui karakteristik klinis pasien epilepsi di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah periode bulan Januari hingga Desember 2016. Metode Penelitian: Penelitian deskriptif observasional menggunakan data rekam medis pasien epilepsi yang berobat di Poliklinik Saraf RSUP Sanglah bulan Januari hingga Desember 2016. Hasil: Sebanyak 70 pasien epilepsi memiliki rerata usia 35 tahun dengan laki-laki sebanyak 55,7%. Rerata usia awitan bangkitan 29 tahun. Profil terapi sebanyak 77,1% pasien menggunakan monoterapi dan 72,9% berobat kurang dari dua tahun. Fenitoin merupakan obat antiepilepsi (OAE) utama dalam monoterapi maupun sebagai kombinasi dengan OAE lain. Simpulan: Kasus epilepsi didominasi oleh pasien laki- laki dengan rerata usia 35 tahun dengan awitan bangkitan pada dekade kedua. Bangkitan umum merupakan gejala paling banyak ditemukan dengan fenitoin sebagai OAE utama.
11. IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT GANGGUAN SARAF ISKEMIK PADA MANUSIAMENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR
Darjat Saripurna1, Nurcahyo Budi Nugroho2, Faisal Taufik3, Elfitriani4, Widiarti Rista Maya5
Journal of Science and Social Research ISSN 2615 – 4307 (Print)
Feb 2022, V (1): 143 – 150 ISSN 2615 – 3262 (Online)
Available online at http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JSSR
Gangguan saraf iskemik merupakan salah satu penyakit saraf yang disebabkan oleh kurangnya suplai darah ke otak sehingga kebutuhan darah didalam otak tidak terpenuhi. Kondisi ini dapat disebabkan beberapa penyakit komplikasi diantara nya hipertensi. Secara umum gangguan saraf iskemik ini dapat berisifat ringan, sedang dan akut. Kurangnya informasi tentang penyebab dan gejala terkait penyakit ini membuat masyarakat sulit melakukan pencegahan serta lambatnya proses penanganan penyakit gangguan saraf iskemik membuat angka kematian terhadap penyakit ini semakin meningkan. Melihat situasi yang terjadi maka dirancang sebuah Sistem Pakar yang mampu menerapkan metode Certainty Factor untuk mendiagnosa jenis penyakit gangguan saraf iskemik berdasarkan gejala-gejala klinis yang dirasakan oleh pasien, proses penerapan nya dengan terlebih dahulu mengumpulkan basis pengetahuan, kemudiann melakukan penelusurah inferensi Forward Chaining terhadap rule-rule yang ada dan selanjutnya melakukan proses perhitungan metode Certainty Factor untuk mengetahui nilai probabilitas dan jenis penyakit Gangguan Saraf Iskemik. Dengan adanya Sistem Pakar ini diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat maupun dokter untuk berinteraksi dan dalam pengambil kesimpulan penyakit gangguan saraf iskemik dan sebagai diagnosa awal.
12. ALZHEIMER DAN GEJALA SISTEM SARAF (NEUROLOGIS) AKIBAT PESTISIDA
Sulistyani Prabu Aji*1, Sapja Anantanyu2
Public Health and Safety International Journal April 2022 | Vol. 2 | No. 1
E-ISSN : 2715-5854 DOI: 10.55642
Alzheimer merupakan suatu jenis disease neurodegeneratif ditandai dengan munculnya suatu penurunan fungsi kognitif, fungsi ingat menurun, dan sindrom demensia. Jumlah penderita penyakit Alzheimer akan terus meningkat dan diperkirakan akan mencapai 1.894.000 kasus pada tahun 2030 dan berlanjut hingga 3.980.000 kasus di tahun 2050. Jenis penulisan metode pada artikel ini berupa tinjauan naratif. Hasil dan output dari penulisan ini yaitu data dan output dari sumber referensi-referensi di berbagai database. Selanjutnya akan dilakukan analisis dan disintesis secara deskriptif agar dapat memudahkan pembaca artikel ini.
No comments:
Post a Comment