Monday, August 25, 2025

PIC (Person In Charge) BIMTEK KURIKULUM OBE LAM PT KES PRODI KEDOKTERAN-FARMASI-KEPERAWATAN-KEBIDANAN UMRI JUMAT-AHAD 22 AGUSTUS 2025

PIC (Person In Charge) BIMTEK KURIKULUM OBE LAM PT KES PRODI KEDOKTERAN-FARMASI-KEPERAWATAN-KEBIDANAN UMRI JUMAT-AHAD 22 AGUSTUS 2025

FMIPA DAN KESEHATAN DAN FAKULTAS KEDOKTERAN


AHAD 24 AGUSTUS 2025




















 





 







Serangkaian Bimbingan Teknis (Bimtek) Penyusunan Kurikulum Outcome Based Education (OBE) di beberapa Fakultas dan Program Studi (Prodi) dilaksanakan Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI).

Kegiatan yang digelar sejak akhir Juli hingga Agustus 2025 tersebut melibatkan berbagai Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) sesuai rumpun keilmuan masing-masing. Kehadiran LAM menjadi langkah strategis UMRI dalam memastikan kurikulum baru yang dirancang sesuai standar akreditasi dan siap diimplementasikan pada tahun akademik 2025/2026.

Bimtek ini melibatkan beberapa Fakultas, mulai dari Kedokteran, Teknik, FKIP, Fikom, Hukum, FEB, hingga FMIPA-Kes. Narasumber berasal langsung dari LAM, di antaranya LAMSAMA, LAMDIK, LAMSPAK, LAMEMBA, LAMTEK, LAMINFOKOM, LAMPTEKES, serta BAN PT. Mereka hadir memberikan arahan teknis dan evaluasi langsung agar rancangan kurikulum OBE sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, perkembangan teknologi, serta tuntutan akreditasi unggul.

Rektor UMRI, Dr H Saidul Amin, MA., menegaskan pentingnya agenda ini sebagai bagian dari transformasi akademik universitas. Menurutnya, kurikulum adalah “urat nadi” perguruan tinggi yang bukan hanya soal teknis pembelajaran, tetapi juga arah besar universitas. 

“Education is learning to become. Perguruan tinggi harus mampu memberikan dampak nyata bagi masyarakat dan sanggup beradaptasi dengan perubahan zaman. Hanya universitas yang adaptif yang akan eksis,” ujarnya.

Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) menggelar serangkaian Bimbingan Teknis (Bimtek) Penyusunan Kurikulum Outcome Based Education (OBE) di beberapa Fakultas dan Program Studi (Prodi). Kegiatan ini digelar sejak akhir Juli hingga Agustus 2025, dengan melibatkan berbagai Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) sesuai rumpun keilmuan masing-masing. Kehadiran LAM menjadi langkah strategis UMRI dalam memastikan kurikulum baru yang dirancang sesuai standar akreditasi dan siap diimplementasikan pada tahun akademik 2025/2026.

Bimtek ini melibatkan beberapa Fakultas, mulai dari Kedokteran, Teknik, FKIP, Fikom, Hukum, FEB, hingga FMIPA-Kes. Narasumber berasal langsung dari LAM, di antaranya LAM-PTKes, LAM Teknik, LAMDIK, LAMPSPAK, dan LAMSAMA. Mereka hadir memberikan arahan teknis dan evaluasi langsung agar rancangan kurikulum OBE sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, perkembangan teknologi, serta tuntutan akreditasi unggul.

Rektor UMRI, Dr H Saidul Amin, MA., menegaskan pentingnya agenda ini sebagai bagian dari transformasi akademik universitas. Menurutnya, kurikulum adalah “urat nadi” perguruan tinggi yang bukan hanya soal teknis pembelajaran, tetapi juga arah besar universitas. “Education is learning to become. Perguruan tinggi harus mampu memberikan dampak nyata bagi masyarakat dan sanggup beradaptasi dengan perubahan zaman. Hanya universitas yang adaptif yang akan eksis,” ujarnya.

Wakil Rektor I UMRI, Dr Hj Wirdati Irma, SPd, MSi., menekankan bahwa penyusunan kurikulum OBE adalah langkah strategis untuk memastikan lulusan UMRI memiliki kompetensi yang jelas, relevan, dan berdampak. Ia menyebut kegiatan ini bukan hanya forum diskusi, tetapi harus menghasilkan kurikulum siap pakai. “Harapan kita, revisi kurikulum yang disusun ini bisa segera diimplementasikan pada semester ganjil mendatang. Penyempurnaan kurikulum akan berdampak langsung pada kualitas lulusan dan meningkatkan reputasi institusi,” tegasnya.

Sementara itu, Wakil Rektor II UMRI, Dr H Baidarus, SAg, MM., menyoroti pentingnya transformasi kurikulum untuk menjawab tantangan global. Ia menyebutkan bahwa akreditasi ke depan sangat bergantung pada keberhasilan implementasi OBE. “Dunia komunikasi, teknologi, dan industri berkembang sangat cepat. Karena itu, lulusan perguruan tinggi dituntut tidak hanya kompeten, tetapi juga mampu bersaing secara global,” katanya.

Direktur Akademik UMRI, Dr Jupendri, SSos, MIKom., menjelaskan bahwa rangkaian Bimtek ini merupakan tahapan sistematis yang telah dipersiapkan universitas. Output kegiatan diarahkan pada finalisasi draf kurikulum OBE yang ditargetkan dapat diberlakukan mulai 15 September 2025. “Kita tidak ingin kurikulum ini berhenti di atas kertas. Semangat kita adalah menghadirkan kurikulum yang mampu memberikan dampak langsung terhadap mutu pembelajaran dan lulusan,” tegasnya.

Kehadiran narasumber dari LAM juga menegaskan komitmen UMRI terhadap mutu. Narasumber dari LAM Teknik, LAM-PTKes, LAMDIK, LAMSAMA, hingga LAMPSPAK memaparkan standar capaian pembelajaran, strategi penyusunan CPL, hingga penggunaan rubrik penilaian. Mereka menekankan bahwa kurikulum OBE harus disusun eksplisit berdasarkan visi universitas, kebutuhan pasar, serta standar akreditasi nasional.

Ketua Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Kontrol Mutu (LP2KM) UMRI, Risnal Diansyah, SKom, MTI, PhD., menambahkan bahwa sebagian besar kurikulum di UMRI sudah memasuki usia lima tahun dan perlu peninjauan. Ia juga mengingatkan bahwa pada 2026 mendatang terdapat 16 Program Studi yang akan menghadapi akreditasi ulang. “Karena itu, peninjauan kurikulum berbasis OBE ini sangat mendesak agar UMRI siap menghadapi proses akreditasi dan menjawab tantangan zaman,” ujarnya.

Sejumlah Dekan Fakultas pun menegaskan komitmennya. Dekan FEB, Mizan Asnawi, SE, Mec Dev., menyebut Bimtek ini sangat membantu merumuskan kurikulum yang lebih terarah. Sementara Dekan FMIPA-Kes, Dr Prasetya, MSi., menekankan pentingnya kurikulum adaptif di tengah pesatnya perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan di dunia kesehatan.

Secara keseluruhan, Bimtek OBE di UMRI mendapat apresiasi tinggi dari pimpinan universitas, dosen, hingga pemangku kepentingan. Melalui kegiatan ini, UMRI menegaskan komitmennya melahirkan lulusan unggul, kompetitif, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat serta industri. Kehadiran Lembaga Akreditasi Mandiri menjadi garansi bahwa kurikulum yang dihasilkan sesuai standar mutu pendidikan tinggi nasional, sekaligus memperkuat langkah UMRI menuju akreditasi unggul


PUBLIKASI MEDIA 


CATATAN:
  • VISI KEILMUAN prodi kebidanan sudah fix yaitu menegnai stunting
  • prodi melengkapi laporan peninjauan visi dan misi
  • ada brainstorming, dan kemarin masih jauh 
  • perwakilan saja dengan mengundang stakeholder dari Dinas Kesehatan yang sudha diundang tapi belum hadir dalam FGD yang diselenggarakan prodi
  • jangan melakukan sendiri untuk visi dan misi tapi harus datang dari stakeholder, harus dibawa ke dinas kesehatan hari ini akan dirumuskan 
  • tambahan bahasa inggris wajib diluar 2 sks MKWK, tambahan bahasa asing lainnya sebagai MK pilihan seperti bahasa arab , jepang, mandarin
  • alat peraga  untuk mengatasi stunting, lab untuk stunting, sasarn remaja, 
  • SDM : pelatihan workshop tentang stunting untuk dosen dan mahasiswa, update program dan target
  • inovasi untuk stunting
  • MK terintegrasi teknologi untuk stunting, bahan kajian muatan mengenai stunting, terintegrasi bukan mata kuliah mandiri
  • enterpreuner bukan kekhasan kebidanan, kurang pas karena bukan bagian dari basic knowledge kebidanan, jadi tidak disarankan
  • MK perintis atau pewaris, contoh MK Gizi itu waris jadi bisa menjadi MK mandiri
  • kasi tanda di RPS untuk bahan kajian keunggulan dan MK unggulan
  • hindari MK dengan nama konsep, pengantar, dll, tidak dianjurkan
  • planning : MK holistik ibu dan bayi, 
  • mata kuliah enterpreuner di tingkat universitas (saran narasumber)
  • pelatihan preseptorship, bisa menjadi MK pilihan, mempersiapkan alumni untuk menjadi preseptorship : MK
  • target kompetensi dan siapa juga secara teori sebagai preseptor
  • BIMBINGAN klinik DAN PENILAIAN klinik berbeda
  • MK pilihan bisa disipakna dalam jumlah yang banyak, siapkan 12 SKS
  • profesi sudah lebih baku, jadi tidak perlu di utak atik lagi
  • planning narasumber akan ke siak
  • wajib sudha menyelesaikan semua langkah, karena akhir agustus 2025 harus sudha fix buku kurikulum, jadi kerja mandiri

Tidak ada satu "mata kuliah stunting" tunggal, tetapi topik ini diajarkan di berbagai mata kuliah seperti Ilmu Gizi, Kesehatan Masyarakat, Kebidanan, dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)Selain itu, ada juga program khusus seperti Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) Peduli Stunting dan webinar yang melibatkan mahasiswa dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting. 
Mata Kuliah yang Relevan
  • Mempelajari zat gizi makro dan mikro, pengetahuan bahan makanan, gizi dalam siklus kehidupan, masalah gizi, serta penilaian status gizi. 
  • Meliputi faktor-faktor sosial dan determinan yang menyebabkan stunting, serta peran berbagai pihak dalam penanganan stunting di tingkat komunitas. 
  • Berfokus pada peran bidan dalam pencegahan stunting, termasuk skrining tumbuh kembang, gizi ibu dan anak, serta pola asuh. 
  • Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD):
    Mengintegrasikan pemahaman stunting melalui kegiatan praktisi mengajar di mata kuliah seperti Parenting Skill untuk mempersiapkan calon pendidik. 
Program Khusus
  • Program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan pencegahan stunting. Mahasiswa dapat melakukan pendampingan keluarga, advokasi, dan kegiatan pengabdian masyarakat lainnya. 
  • Webinar dan Pelatihan:
    Tim Percepatan Penurunan Stunting (TP2S) dan Kementerian Kesehatan sering mengadakan webinar dan pelatihan yang mencakup topik-topik seperti skrining tumbuh kembang, gizi, pola asuh, dan peran berbagai profesi dalam pencegahan stunting. 
Tujuan Pembelajaran
Secara umum, pembelajaran tentang stunting bertujuan untuk:
  • Memahami definisi dan penyebab stunting. 
  • Mengenali dampak jangka pendek dan jangka panjang stunting, termasuk pada fisik, kognitif, dan produktivitas di masa depan. 
  • Memahami peran dan intervensi yang efektif untuk mencegah dan menangani stunting, seperti pendidikan gizi, pemenuhan zat besi dan vitamin A, serta sanitasi. 
lakukan semina internal saja untuk dicantumkan dalam SKPI mahasiswa
Pelatihan stunting adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berbagai pihak, seperti tenaga kesehatan, kader posyandu, dan masyarakat, dalam upaya pencegahan dan penanganan stuntingPelatihan ini mencakup berbagai aspek, termasuk pemahaman tentang penyebab stunting, pentingnya gizi seimbang, cara pemantauan tumbuh kembang anak, serta praktik terbaik dalam memberikan asuhan yang tepat. 
Tujuan Pelatihan Stunting:
  • Meningkatkan Pengetahuan:
    Memperluas pemahaman tentang stunting, termasuk faktor risiko, dampak, dan cara pencegahan. 
  • Meningkatkan Keterampilan:
    Melatih peserta dalam melakukan deteksi dini stunting, memberikan intervensi gizi yang tepat, dan memantau tumbuh kembang anak. 
  • Meningkatkan Kesadaran:
    Membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan stunting untuk menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas. 
  • Memperkuat Kapasitas:
    Membangun kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dalam menangani masalah stunting di berbagai tingkatan. 
Sasaran Pelatihan Stunting:
  • Tenaga Kesehatan: Dokter, bidan, perawat, dan tenaga gizi di fasilitas kesehatan. 
  • Kader Posyandu: Anggota masyarakat yang terlatih untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar di posyandu. 
  • Masyarakat: Ibu hamil, ibu menyusui, keluarga, dan masyarakat umum. 
  • Pengelola Program: Pihak yang bertanggung jawab dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program terkait stunting. 
Materi Pelatihan Stunting:
  • Konsep Dasar Stunting:
    Definisi, penyebab, faktor risiko, dan dampak stunting pada tumbuh kembang anak. 
  • Gizi Seimbang:
    Pentingnya asupan gizi yang cukup dan seimbang bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. 
  • Intervensi Gizi:
    Pemberian ASI eksklusif, makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat, serta suplementasi gizi. 
  • Pemantauan Tumbuh Kembang:
    Pengukuran antropometri (tinggi badan, berat badan, lingkar kepala), deteksi dini gangguan tumbuh kembang. 
  • Sanitasi dan Higiene:
    Pentingnya menjaga kebersihan diri, lingkungan, dan akses air bersih untuk mencegah infeksi yang dapat memperburuk kondisi stunting. 
  • Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE):
    Kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat, memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami, serta mengedukasi tentang praktik terbaik dalam pencegahan stunting. 
  • Pemberdayaan Masyarakat:
    Melibatkan masyarakat dalam upaya pencegahan stunting, termasuk melalui kegiatan posyandu, penyuluhan, dan pelatihan. 
Manfaat Pelatihan Stunting:
  • Penurunan Angka Stunting:
    Dengan pengetahuan dan keterampilan yang meningkat, diharapkan angka stunting di daerah tersebut dapat menurun. 
  • Peningkatan Kualitas Generasi Penerus:
    Anak-anak yang tumbuh sehat dan berkualitas akan menjadi generasi penerus bangsa yang lebih produktif. 
  • Penguatan Sistem Kesehatan:
    Pelatihan stunting dapat memperkuat sistem kesehatan di daerah tersebut, terutama dalam hal pelayanan kesehatan ibu dan anak. 
  • Pemberdayaan Masyarakat:
    Masyarakat menjadi lebih aktif dalam upaya pencegahan stunting, serta memiliki kesadaran yang lebih tinggi tentang pentingnya gizi dan kesehatan. 
Contoh Pelaksanaan Pelatihan Stunting:
  • Pelatihan Kader Posyandu:
    Peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dalam pemantauan tumbuh kembang anak, pemberian makanan tambahan, dan edukasi masyarakat. 
  • Pelatihan Tenaga Kesehatan:
    Peningkatan pemahaman tentang penatalaksanaan stunting, deteksi dini, dan intervensi gizi yang tepat. 
  • Pelatihan Masyarakat:
    Penyuluhan tentang gizi seimbang, praktik terbaik dalam perawatan anak, dan
SABTU 23 AGUSTUS 2025











































 





























 







 


 


JUMAT 22 AGUSTUS 2025










  


















KEDATANGAN NARASUMBER










Fakultas MIPA dan Kesehatan Bersama Fakultas Kedokteran UMRI Gelar Bimtek Penyusunan Kurikulum OBE
Fakultas Kedokteran bersama Fakultas Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Kesehatan (FMIPAKES) Universitas Muhammadiyah Riau (Umri) menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Penyusunan Kurikulum Outcome Based Education (OBE). Kegiatan ini berlangsung di Auditorium Kampus Utama Umri pada Jumat (22/8/25) siang.
Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor I Umri, Dr. Wirdati Irma, S.Pd., M.Si., dan dihadiri oleh jajaran pimpinan serta civitas akademika, termasuk Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Kontrol Mutu (LP2KM), Dekan FMIPA Kes., Dekan Fakultas Kedokteran, serta seluruh dosen dari Program Studi Kedua Fakultas dimaksud.
Narasumber utama dalam kegiatan ini adalah Evi Rinata, S.ST., M.Keb. dari Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes), yang memberikan wawasan mendalam terkait penerapan kurikulum OBE yang sesuai dengan standar akreditasi.
Dalam sambutannya, Dekan FMIPA Kes., Dr. Prasetya, M.Si., menekankan pentingnya kurikulum yang adaptif terhadap perkembangan zaman, terutama di tengah pesatnya kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) yang kini semakin banyak dimanfaatkan di dunia kesehatan.
“Kita sebagai institusi pendidikan harus mampu mengantisipasi perubahan agar kurikulum yang disusun tetap relevan dan mampu menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan masa depan,” ujarnya.
Senada dengan itu, Ketua LP2KM Umri, Dr. Risnal Diansyah, S.Kom., M.TI., Ph.D., menegaskan bahwa kurikulum Program Studi yang telah berjalan sejak 2021 kini sudah memasuki usia lima tahun sehingga sangat penting untuk dilakukan evaluasi dan penyesuaian.
“Perubahan ini juga didasari oleh kebutuhan asosiasi program studi serta ketentuan dari lembaga akreditasi masing-masing fakultas. Kegiatan ini merupakan rangkaian terakhir dari bimtek penyusunan kurikulum yang kami laksanakan,” paparnya.
Wakil Rektor I Umri, Dr. Wirdati Irma, dalam sambutannya menegaskan bahwa revisi kurikulum merupakan langkah strategis demi meraih akreditasi unggul.
“Penyempurnaan kurikulum akan berdampak langsung pada kualitas lulusan dan pada akhirnya meningkatkan reputasi institusi,” tegasnya.
Sementara itu, narasumber Evi Rinata, S.ST., M.Keb., menjelaskan bahwa penyusunan kurikulum OBE adalah proses berkelanjutan yang harus selalu disesuaikan dengan kebutuhan dunia pendidikan dan standar akreditasi.
“Salah satu aspek yang kini menjadi perhatian khusus adalah keselamatan pasien, yang sebelumnya kurang mendapat sorotan dalam kurikulum. Dengan penyelarasan ini, lulusan diharapkan tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga memahami aspek penting dalam praktik kesehatan,” jelasnya.
Melalui kegiatan ini, Umri berkomitmen tidak hanya menghasilkan lulusan yang unggul secara kompetensi, tetapi juga perguruan tinggi yang mampu berinovasi serta memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat dan dunia kesehatan

























BIMTEK KURIKULUM UMRI
JUMAT - AHAD 22 - 24 AGUSTUS 2025
Prodi Farmasi
Prodi Keperawatan
Prodi Kebidanan
Prodi Kedokteran
PIC (Person In Charge):
  • PIC adalah seseorang yang ditunjuk untuk bertanggung jawab atas suatu tugas, proyek, atau kegiatan tertentu di dalam suatu organisasi. 
  • Tugas dan tanggung jawab PIC bisa bervariasi tergantung pada konteksnya, tetapi secara umum, PIC memastikan bahwa tugas atau proyek berjalan sesuai rencana dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 
  • Contoh: Dalam sebuah acara, PIC mungkin bertanggung jawab untuk memastikan semua persiapan acara selesai tepat waktu dan sesuai dengan rencana.

  





CATATAN:
Pemateri : Evi Rinata (LAMPTKES)
kedatangan : Jum'at, 22 Agustus 2025, Lion  Surabaya Pekanbaru, 
Landing sekitar Pukul 10.35 wib 
Kepulangan : Tgl 26 Agus 2025, Lion take off 11.05 WIB 
Driver : Hasby
pendamping : Bu Sarah dan Bu Nova
penginapan : swissbell

NARASUMBER
  • kriteria kurikulum dengan elemen yang berbeda
  • OBE pemenuhan elemen utama sudah harus dipersiapkan
  • mengawal SPMI dan mengawal kurikulum
  • pakai contoh kurikulum kebidanan
  • poin pasien safety untuk seluruh prodi kesehatan
  • CPL jangan lagi diubah ubah, hanya menambahkan keunggulan keilmuan prodi saja lagi
  • ANFIS disesuaikan dengan pertimbangan terkini, saat 
  • peralatan yang mendukung kemutakhiran harus tersedia saat ini
  • CPL di tingkat universitas dan fakultas harus sama, nanti ditambahkan dengan kekhasan 
  • e learning , pembelajaran kelompok, mhs tidak kuliah 1 arah saja , silahkan mhs belajar dari apapun
  • PBL , CBL, case based learning (kasus nyata di lapangan)
  • e learning sebelum perkuliahan materi sudha diposting di web e learning
  • jadi mhs sudha dapat paparan materi melalui e learning sebelum bertemu secara langsung dengan dosen di kelas
  • jangan menggunakan soal : mahasiswa mampu menjelaskan, menyebutkan
  • evaluasi CPL setiap akhir semester
  • kurikulum bersifat top-down dari atas ke bawah
  • LED tidak boleh ada gambar, tabel grafik, hanya narasi
  •  
WR 1 WIRDATI IRMA
  • unggul tidak hanya dalam sertifikat saja, tapi dalam kurikulum juga unggul
  • prencanaan kegiatan sudah dimulai sejak 1 tahun yang lalu
  • peninjauan kurikulum dapat lampu hijau di bulan April 2025, sehingga kita maju untuk melakukan revisi kurikulum
  • pembentukan tim bulan Mei 2025
  • ada 6 LAM , dan ini yang terakhir yaitu LAM PT Kes

RISNAL LP2KM
  • KURIKULUM DI PRODI BERUSIA SEJAK TAHUN 2021, dan perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman
  • jadi perlu ada perubahan
  • kita landaskan kegiatan kita dalam 3 tahun terakhir, harus disesuaikan dengan asosiasi
  • proses bimtek kurikulum berdasarkan LAM masing masing
  • LAM PT KES BIMTEK terakhir, sudha terlaksana 6 LAM, dan BAN PT
  • sudah ada 13 prodi yang akreditasi dan semuanya diminta untuk penyesuaian kurikulum berdasarkan asosiasi
  • kalau mau unggul harus ikut dari saran asosiasi
  • mohon kerjasamanya untuk mengikuti BIMTEK sesuai rundown yang telah disusun

SABTU 23 AGUSTUS 2025
CATATAN:
  • Kedokteran diminta ada PJ tim IPE dan IPC untuk seluruh prodi kesehatan di UMRI (saran narasumber
  • bisa dilihat dari kondisi mhs, seperti public speaking yang kurang maka boleh diambil sebagai masukan untuk ciri khas prodi
  • permasalahan kesehatan setempat bisa juga sebagai penciri dari program studi
  • harus menentukan visi keilmuan program studi
  • prodi kebidanan belum clear visi keilmuan
  • kedokteran : kedokteran kesehatan kerja, Farmasi : ... . Keperawatan : Keperawatan Luka.
  • keunggulan prodi singkat saja
  • profil lulusan bisa dievaluasi 3-5 tahun
  • CPL farmasi perbaiki lebur saja tidak terbagi sikap-keterampilan-pengetahuan lagi
  • profil sarjana dan profesi sama, CPL nya saja yang berbeda
  • matriks kaitan CPL-Bahan kajian (akan diberikan oleh narasumber )
  • kaitan CPL-MK akan dihitung, berapa jumlah CPL yang dibebankan ke MK
  • JML CPL YANG DIBEBANKAN KE mk DIJUMLAHKAN DAN DILIHAT CPL mana yang terbanyak dibebankan kepada MK, sehingga bisa dilacak kenapa CPL tertentu dengan nilai rendah, padahal sudha dibebankan CPL tersebut ke banyak MK
  • acuan yang digunakan KPT
  • sub CMPK juga dibuat 1 space dalam bentuk kolom
  • mahasiswa sudha diberikan gambaran dalam kontrak perkuliahan, jadi mhs mengetahui apa yang akan dilakukan dalam MK semester ini, 
  • mhs sudha diberikan kelompok untuk membahas materi yang ada di RPS 
  • ADA TEMPLATE RPS UNTUK ASINKRON DAN SINKRON
  • mhs harus mengetahui bahwa semua penugasan yang diberikan akan dinilai dan dikoreksi oleh dosen, dan dosen akan memastikan keaktifan siswa dan diberikan nilai
  • nilai harus sesuai dnegan CPMK yang ada di RPS
  • ADA ASESMENT sebagai nilai partisipasi
  • banyak metode asesment, sesuaikan dengan kebijakan penilaian UMRI
  • penilaian kehadiran, nilai keaktifan, nilai partisipasi, nilai penugasan, nilai UTS, nilai UAS, bobot total 100
  • kebijakan persentasi penilaian TOP to DOWN , jadi bisa seragam dari UPPS ke program studi
  • mampu mengaplikasikan perawatan luka (contoh)
  • evaluasi CPMK setiap semester,
  • evaluasi CPL setiap mhs lulus
  • evaluasi profil lulusan setiap 3-5 tahun
  • ujian kompre untuk tugas akhir sudah level 7 profesi
  • paling tidak lakukan brancmarking minimal 5 kampus PTMA
  • kurikulum secara nasional harus sama
  • jangan ada lebih dari 20 SKS persemester
  • kampus menyediakan by sistem untuk kurikulum OBE

LINK MATERI:
Link Dokumen Workshop Kurikulum OBE UMRI
KURIKULUM BERBASIS OBE ; ISU PRAKTIS & BAGAIMANA MEMAHAMI KURIKULUM DENGAN PENDEKATAN OBE
TAHAPAN PENYUSUNAN KURIKULUM OBE 
DECK PENGENALAN INSTRUMEN AKREDITASI KUALITATIF 8 KRITERIA & KEGIATAN NURTURINGKEGIATAN  
TRANSFORMASI KURIKULUM AIK MENUJU PENDIDIKAN BERKEMAJUAN 
TEMPLATE FLOW PROCESS KURIKULUM OBE 
IPE kurikulum (Interprofessional Education dalam Kurikulum) adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu kesehatan untuk belajar bersama guna meningkatkan kolaborasi, komunikasi, dan teamwork demi pelayanan kesehatan yang lebih baikIPE dapat diterapkan melalui berbagai metode seperti diskusi kasus, OSCE, dan praktik komunitas, namun menghadapi tantangan seperti ego profesi dan perbedaan budaya antar-profesi. 
Tujuan IPE dalam Kurikulum
  • Meningkatkan Kolaborasi:
    Membangun kemampuan tenaga kesehatan untuk bekerja sama secara efektif dalam tim multidisiplin untuk memberikan pelayanan yang komprehensif. 
  • Meningkatkan Keterampilan Komunikasi dan Teamwork
    : Mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk berkomunikasi secara efektif dan bekerja sama dalam tim. 
  • Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan:
    Mendorong peningkatan kualitas pelayanan maternitas dan pelayanan kesehatan lainnya secara keseluruhan. 
  • Membangun Nilai dan Etika Profesional:
    Menanamkan nilai dan etika dalam penentuan prioritas masalah kesehatan dan pelaksanaan rencana aksi di komunitas. 
Metode Pembelajaran dalam IPE
  • Diskusi Studi Kasus:
    Mahasiswa dari berbagai profesi menganalisis dan mendiskusikan kasus kesehatan bersama-sama. 
  • Praktik Komunitas:
    Pembelajaran dan kerja sama tim dilaksanakan di lingkungan komunitas, misalnya pada program Community-Based Health Financing IPE (CFHC-IPE). 
  • OSCE (Objective Structured Clinical Examination):
    Metode penilaian yang membantu mahasiswa menguji keterampilan klinis dan kolaboratif. 
  • Project Based Learning:
    Mahasiswa berkolaborasi dalam community project sebagai bagian dari pembelajaran. 
Tantangan dan Faktor Pendukung
  • Tantangan:
    • Ego profesi dan perbedaan budaya antar-profesi. 
    • Hambatan penjadwalan dan sumber daya pengajar. 
    • Persepsi yang belum optimal mengenai IPE. 
  • Faktor Pendukung:
    • Dukungan dari institusi dan kepemimpinan. 
    • Lingkungan pendidikan yang kondusif. 
    • Sinergi kurikulum antar-program studi. 
Penerapan di Indonesia
  • IPE sudah diterapkan dalam kurikulum pendidikan kesehatan di beberapa perguruan tinggi, seperti di Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui program CFHC-IPE. 
  • Terdapat arah untuk menjadikan IPE sebagai mata kuliah tersendiri dengan SKS (Satuan Kredit Semester). 
Kurikulum IPC, atau International Primary Curriculum, adalah program pendidikan tematik dan kreatif untuk anak usia 5 hingga 11 tahun, yang dikembangkan oleh Asosiasi Kurikulum Internasional (International Curriculum Association) atau ICAKurikulum ini berfokus pada pengajaran berbagai mata pelajaran seperti Geografi, Sains, Sejarah, Seni, dan Teknologi melalui unit-unit yang saling terhubung, bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan akademis, karakter pribadi, dan wawasan internasional siswa. 
Ciri Khas Kurikulum IPC:
  • Pendekatan Tematik:
    Mata pelajaran diajarkan melalui tema atau unit belajar yang menarik dan relevan bagi anak-anak, sehingga mereka dapat memahami keterkaitan berbagai bidang pengetahuan. 
  • Fokus pada Tiga Tujuan Pembelajaran:
    • Akademik: Mengembangkan pengetahuan mata pelajaran dasar. 
    • Pribadi: Memupuk kualitas karakter dan keterampilan pribadi yang baik. 
    • Internasional: Membangun pemahaman tentang berbagai perspektif dunia dan menumbuhkan pola pikir global. 
  • Pembelajaran Berbasis Penelitian:
    Siswa didorong untuk mengembangkan sikap investigatif, yaitu aktif mencari pengetahuan dan memecahkan masalah. 
  • Unit Pembelajaran:
    Setiap unit berakhir dengan "Titik Akhir" atau Exit Point, di mana siswa dapat berbagi dan merayakan pembelajaran mereka dengan orang tua atau kelas lain, seringkali melalui pameran atau presentasi. 
  • Adaptif:
    IPC dapat digunakan secara mandiri, atau diintegrasikan dengan kurikulum nasional lain, menjadikannya pilihan fleksibel bagi sekolah di berbagai negara. 
Manfaat Kurikulum IPC:
  • Mempersiapkan Anak untuk Masa Depan:
    Membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bersaing di kancah global. 
  • Membangun Karakter:
    Menekankan pembentukan karakter dan kepribadian yang unggul, tidak hanya fokus pada pencapaian akademis. 
  • Meningkatkan Wawasan Internasional:
    Membantu siswa menerima berbagai sudut pandang dan memahami persamaan serta perbedaan antarnegara. 
Penerapan Kurikulum IPC:
  • IPC diadopsi oleh sekolah-sekolah dasar di seluruh dunia, dengan penerapan di lebih dari 90 negara dan lebih dari 1.000 sekolah dasar. 

No comments:

Post a Comment

Kegiatan Program Peningkatan Kapasitas AIK bagi seluruh Pegawai Universitas Muhammadiyah Riau Jum’at/ 12 Desember 2025

Kegiatan Program Peningkatan Kapasitas AIK bagi seluruh Pegawai Universitas Muhammadiyah Riau yang Insyaallah akan dilaksanakan pada: Hari/t...