PENYULUHAN KESEHATAN KMB 2 Ns. ISNANIAR, S.Kep,M.Kep
tentang EPILEPSI DI POLI SYARAF RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU 18 MARET 2023
mahasiswa keperawatan UMRI angkatan tahun 2021
team:
Ns. Isnaniar, S.Kep,M.Kep
Mahasiswa
1. Marshita anggun maysari
2. Triana salsabillah kasusnya
3. Shinta dewi kusumaning ayu
4. Rinda gusna widari
5. Azhifa Iknu Harada
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Epilepsi merupakan penyakit neurologis yang umum. Penyakit ini terjadi pada
berbagai tingkatan usia. Menurut WHO (2018) hampir 50 juta orang di dunia menderita
Epilepsi. Dan sebagian besar, sebanyak 80% kasus Epilepsi terdapat di negara dengan
pendapatan rendah dan sedang.
Epilepsi merupakan penyakit yang ditandai dengan kejang yang berulang, dengan
episode singkat gerakan involunter yang melibatkan sebagian bagian tubuh atau
seluruhnya dan kadang-kadang disertai dengan kehilangan kesadaran, kontrol bowel atau
fungsi blader (WHO, 2018). Sedangkan menurut Mayo Clinic (2017) Epiepsi merupakan
gangguan sistem saraf pusat dimana aktivitas otak menjadi abnormal yang menyebabkan
terjadinya kejang, gangguan perilaku serta sensasi, dan kadang-kadang disertai dengan
kehilangan kesadaran.
B. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit pasien di RSUD pahan dengan
penyakit epilepsi
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien RSUD mampu mengerti:
a. Pengertian Epilepsi
b. Penyebab Epilepsi
c. Gejala Epilepsi
d. Pertolongan pertama Epilepsi
e. Komplikasi Epilepsi
f. Pencegahan Epilepsi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
a. Defenisi
Epilepsy merupakan gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak yang
dikarakteristikkan oleh kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang
berlebihan dan bersifat reversible. Kejang merupakan akibat dari pembebasan
listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks selebral yang ditandai dengan
serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motoric, atau
gangguan fenomena sensori.
Epilepsy adalah gangguan kejang kronik dengan kejang berulang yang terjadi
dengan sendirinya. Yang mana memerlukan pengobatan dalam jangka waktu
panjang.
b. Etiologi
Dalam beberapa kasus yang terjadi masih belum diketahui secara pasti
penyebab terjadinya Epilepsi. Oleh karena itu, Epilepsi dikatakan sebagai
kelainan ideopatik. Beberapa kemungkinan seseorang terkena penyakit Epilepsi
yakni :
1. Pasca trauma kelahiran,
2. Riwayat bayi dan ibu menggunakan obat antikolvusan yang digunakan
sepanjang hamil,
3. Asfiksia neonatorum (keadaan dimana bayi tidak bernapas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir yang disertai dengan adanya
hipoksia, hiperkapnia, hingga asidosis),
4. Riwayat ibu-ibu yang memiliki resiko tinggi (wanita dengan latar
belakang sukar melahirkan, penggunaan obat-obatan diabetes atau
hipertensi)
5. Pasca cidera kepala
c. Tanda Gejala
Gejala utama epilepsi adalah kejang dan pingsan yang terjadi secara
berulang. Setelah tersadar, penderita biasanya tidak bisa mengingat bahwa ia
telah mengalami kejang.
Kejang pada penderita epilepsi terbagi menjadi dua jenis, yaitu kejang
total dan kejang parsial. Kejang total terjadi ketika aktivitas listrik yang tidak
normal memengaruhi seluruh bagian otak sehingga gejalanya muncul di
hampir seluruh tubuh.
Kejang total terdiri dari beberapa tipe, yaitu:
Kejang tonik-klonik
Kejang ini ditandai dengan tegang di seluruh tubuh, tidak sadar, dan
gerakan menghentak. Kejang tonik-klonik juga ditandai dengan tergigitnya
lidah dan sulit bernapas.
Kejang absans (petit mal)
Kejang yang lebih sering terjadi pada anak-anak ini ditandai dengan
tatapan mata yang kosong. Kejang ini juga dapat menyebabkan penderitanya
hilang kesadaran untuk sementara.
Kejang atonik
Kejang atonik menyebabkan penderitanya lemas serta mengalami
penurunan kesadaran dan pingsan, tetapi hanya sesaat.
Kejang mioklonik
Kejang mioklonik disebabkan oleh kontraksi otot yang terjadi tiba-tiba.
Tipe kejang ini dapat memengaruhi seluruh tubuh, tetapi lebih sering terjadi
pada salah satu atau kedua lengan.
Sementara pada kejang parsial, aktivitas listrik yang tidak normal di otak
hanya memengaruhi satu bagian otak. Kejang ini terbagi menjadi dua tipe,
yaitu:
Kejang parsial sederhana
Kejang ini ditandai dengan kejang dan kesemutan di satu bagian tubuh,
tetapi tidak membuat penderitanya mengalami penurunan kesadaran.
Kejang parsial kompleks
Kejang parsial kompleks menyebabkan penderitanya mengalami
penurunan kesadaran. Tipe kejang ini bisa membuat penderitanya
memandang dengan tatapan kosong, tidak merespons sekitar, dan melakukan
gerakan berulang, seperti menggosok-gosok tangan, mengunyah, atau
berjalan berputar.
d. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien epilepsy yakni :
1. Kerusakan otak akibat hipoksia dan retardasi mental dapat timbul
akibat
2. kejang yang berulang,
3. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas,
4. Cedera kepala,
5. Cedera mulut,
6. Fraktur.
e. Penata laksaanan
Dalam penatanata laksanaan epilepsy ada beberapa terapi yang dapat di
lakukan oleh pendeita epilepsy. Obat epilepsy (OAE)
Diagnosa epilepsi sudah dipastikan
Terdapat minimum dua bangkitan dalam setahun
Penyandang atau keluarganya sudah menerima penjelasan tentang
tujuan pengobatan
Penyandang dan keluarga telah diberitahu tentang kemungkinan efek
samping yang timbul dari OAE
Bangkit terjadi berulang walau faktor pencetus sudah dihindari
BAB III
PERENCANAAN PENYULUHAN KESEHATAN
A. SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topic : Epiepsi
Subtopic : “Pertolongan Pertama Pada Pasien Kejang Epilepsi”
Tempat : Ruang Tunggu Poli
Peserta kegitan : Pasien RSUD
1. Tujuan instruksi umum.
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentng penanganan kejang
(epilepsy) selama 1x30 menit diharapkan seluruh pasien yang hadir dapat
mengetahui tentang penyakit epilepsy.
2. Tujuan instruksi Khusus.
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan semua pasien yang ada
di ruang tunggu poli untuk memahami tentang
a. Pengertin epilepsy
b. Penyebab epilepsy
c. Gejala dari epilepsy
d. Komplikasi dari epilepsy
e. Cara pencegahan dari epilepsy
3. Penyelenggaraan
Pelaksanaan dari kegiatan ini adalah seluruh mahasiswa yang sedang
melakukan dinas di poli syaraf di RSUD pada gelombang 1.
4. Waktu dan tempat
Hari / Tanggal : Rabu, 15 maret 2023
Pukul : 08.00 wib – selesai
Tempat : RSUD Arifin Ahcmad (ruang tunggu poli)
8. Metode penyuluhan
a. Presentasi
b. Tanya jawab
9. Media penyuluhan
a. Power Point (PPT)
b. Leaflet/Brosur
10. Kriteria evaluasi
1.) Evaluasi struktur
a. Seluruh pasien yang sedang menunggu antrian mengikuti penyuluhan
kesehatan
b. Tempat dan peralatan yang digunakan sudah disediakan oleh
mahasiswa
c. Mahasiswa DIII Keperawatan UMRI menjalankan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab
2.) Evaluasi proses
a. Pasien kooperatif mendengarkan materi yang disampaikan
3.) Evaluasi hasil
a. Seluruh pasien dapat mengikuti penyuluhan hingga selesai
b. Mahasiswa DIII Keperawatan UMRI melakukan kegiatan sesuai
dengan kegiatan
BAB IV
MATERI PENYULUHAN EPILEPSY
A. Pengertian
Epilepsy merupakan gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak yang
dikarakteristikkan oleh kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang
berlebihan dan bersifat reversible. Kejang merupakan akibat dari pembebasan listrik
yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks selebral yang ditandai dengan serangan
tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motoric, atau gangguan
fenomena sensori.
Epilepsy adalah gangguan kejang kronik dengan kejang berulang yang terjadi
dengan sendirinya. Yang mana memerlukan pengobatan dalam jangka waktu
panjang.
B. Etiologi
Dalam beberapa kasus yang terjadi masih belum diketahui secara pasti penyebab
terjadinya Epilepsi. Oleh karena itu, Epilepsi dikatakan sebagai kelainan ideopatik.
Beberapa kemungkinan seseorang terkena penyakit Epilepsi yakni :
1. Pasca trauma kelahiran,
2. Riwayat bayi dan ibu menggunakan obat antikolvusan yang digunakan
sepanjang hamil,
3. Asfiksia neonatorum (keadaan dimana bayi tidak bernapas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir yang disertai dengan adanya hipoksia,
hiperkapnia, hingga asidosis),
4. Riwayat ibu-ibu yang memiliki resiko tinggi (wanita dengan latar belakang
sukar melahirkan, penggunaan obat-obatan diabetes atau hipertensi)
5. Pasca cidera kepala
C. Manifestasi Klinis
1. Dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan
penginderaan
2. Kelainan gambaran EEG
3. Tergantung lokasi dan sifat focus epileptogen
4. Mengalami aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptic (aura
dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-bauan tak
enak, mendengar suatu gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan
sebagainya),
5. Satu atau kedua mata dan kepala bergerak menjauhi sisa focus,
6. Menyadari gerakan atau hilang kesadaran,
7. Bola mata membalik ke atas, bicara tertahan, mati rasa, kesemutan, perasaan
ditusuk-tusuk, dan seluruh otot tubuh menjadi kaku,
8. Kedua lengan dalam keadaan fleksi tungkai, kepala, dan leher, dalam
keadaan ekstensi, apneu, gerakan tersentak-tersentak, mulut tampak berbusa,
reflek menelan hilang dan saliva meningkat.
D. Penata laksanaan
Dalam penatanata laksanaan epilepsy ada beberapa terapi yang dapat di
lakukan oleh pendeita epilepsy
Stimulasi Saraf Vagus
Tindakan terapi ini mampu untuk membuat epilepsi lebih baik dan jarang
untuk kambuh. Terapi ini menggunakan alat yang diletakkan di kulit
dada yang kabelnya terhubung ke saraf vagus di leher. Perangkat ini
mengirimkan semburan energi listrik melalui saraf vagus yang mengarah
ke otak. Belum ada garansi cara terapi ini menghambat kejang, tetapi
biasanya dapat mengurangi kejang hingga 20 hingga 40 persen.
Stimulasi Otak Dalam
Pada tindakan terapi epilepsi ini, ahli medis menanamkan elektroda
kebagian tertentu dari otak, umumnya thalamus. Elektroda ini terhubung
ke generator yang ditanamkan ke dada. Generator secara teratur
mengirimkan dorongan listrik ke otak pada interval waktu tertentu,
sehingga kejang bisa berkurang. Stimulasi otak ini dilakukan pada
seseorang yang gangguan kejangnya rentan kambuh dan tidak membaik
dengan konsumsi obat.
Neurostimulasi Responsif
Tindakan terapi lainnya untuk mengobati epilepsi adalah neurostimulasi
responsif. Cara melakukan terapi ini menggunakan perangkat implan
dalam membantu untuk mengurangi kejang yang kerap kambuh. Alat
yang digunakan mampu menganalisis pola aktivitas otak untuk
mendeteksi kejang saat mulai, lalu mengirimkan muatan listrik atau obat
untuk menghentikan kejang sebelum menyebabkan masalah.
Diet Ketogenik
Diet ini diterapkan dengan melakukan pengurangan konsumsi makanan
yang tinggi lemak dan lebih memilih yang mengandung rendah
karbohidrat. Terapi ini juga mampu mengurangi kejang yang rentan
untuk kambuh. Cara kerja diet ini adalah tubuh memecah lemak
dibandingkan karbohidrat untuk menghasilkan energi. Setelah beberapa
tahun, anak mungkin dapat berhenti dari diet ini, tetapi harus dalam
pengawasan dokter.
BAB V
PENUTUP
A. Penutup
Kami berharap pada kegiatan “PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG
PERTOLONGAN PERTAMA EPILEPSY” ini dapat terlaksana dengan baik
sehingga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang mendukung kegiatan
ini. Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan, namun paling tidak ini menjadi
langkah kecil dari kami untuk ikut berpartisipasi dalam membangun bangsa dan
untuk memberikan yang terbaik kepada Mahasiswa Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Riau. Demikian proposal ini kami buat, semoga maksud yang
baik ini mendapatkan tanggapan yang positif dari berbagai pihak dan senantiasa
mendapatkan ridho dari Allah SWT. Atas partisipasi dan kerja samanya kami
ucapkan terimakasih
No comments:
Post a Comment